Sinopsis Si Bolang Rabu 5 Desember 2012 - Sebuah Cerita Kejujuran
Laporan Tayangan TV Pendidikan Karakter
(Ervina Ruth PS/ Aksel 2/ 01)
Judul tayangan :
Si Bolang – Sebuah Cerita Kejujuran
Tayang pada :
Rabu, 5 Desember 2012. Pukul 13.00 (Trans 7)
Lokasi :
TK/SD Insan Teladan, Tajurhalang Bogor
Narasi :
Sebuah Cerita Kejujuran
Si
Bolang kali ini adalah seorang murid di SD Insan Teladan, Tajurhalang, Bogor.
Suatu pagi saat hendak memulai pelajaran agama, Pak Guru kehilangan pulpennya
hingga beliau kebingungan mencari pulpen. Tak lama kemudian suasana hiruk pikuk
kelas disambung dengan keluh semua siswa, semua pulpen mereka hilang! “Semua
pulpen kami juga hilang, Pak!”, kata Bolang kepada Pak Guru. Wah, sesuatu yang
aneh sepertinya sedang terjadi di kelas itu dan Si Bolang menjadi curiga kalau
ada pencuri yang mengambil semua pulpen. “Sudah-sudah...”, kata Pak Guru
“begini, anak-anak, mencuri itu kan
perbuatan yang tidak baik. Jadi kalau murid bapak di sini yang merasa
telah mencuri pulpen teman-teman harap mengembalikan ke kotak kejujuran di luar
kelas. Sekarang bapak akan carikan pinjaman pulpen dulu untuk kalian. Ayo
Bolang!”
Saat pelajaran
sekolah sudah usai, di tempat parkiran, Pak Guru sedang bersiap-siap dengan
motornya, hendak pulang ke rumah. Tiba-tiba datanglah seorang pria membawa
sebuah benda yang terbungkus menghampiri Pak Guru. “Pak, bisa menolong saya
memasukkan pakaian ini tidak, Pak?” “Maaf, Pak! Saya tidak bisa, karena sudah
ditutup dan itu juga khusus untuk guru saja.”. ”Tolong lah, Pak! Nanti saya
kasih komisi 10% deh!”, kata pria itu. “Maaf, Pak! Saya benar-benar tidak
bisa”, jawab Pak Guru. Pria aneh itupun akhirnya meninggalkan Pak Guru karena
tidak mau diajak kerja sama.
Di tengah jalan,
Pak Guru bertemu dengan Bolang. Diajaknyalah si Bolang untuk pulang bersama
dengannya. Saat menyusuri tanah yang tidak rata, Bolang melihat ada teman-teman
di depannya yang membuang sampah sembarangan. Bolang langsung meminta turun
dari motor lalu menegur temannya yang membuang sampah sembarangan itu. Teman
Bolang menurut dan mengambil sampah yang baru saja ia buang untuk dimasukkan ke
tempat sampah.
Siang hari itu,
sepulang sekolah Bolang bermain sepak bola bersama teman-temannya di tanah
merah bekas lapangan rumput hijau yang hendak dibangun perumahan. Di lain sisi,
Pak Guru sedang berkeliling kampung dengan menggunakan sepeda onthel dan
membawa buku-buku untuk dipinjamkan kepada anak-anak. Anak-anak sangat senang
membacanya, karena buku memberi mereka banyak pengetahuan. Saat sedang bermain,
tak sengaja Bolang membuat kaki temannya yang bertubuh lebih kecil darinya
terkilir. Bolang segera menolong temannya itu dan membawanya ke sebuah pos. Di
sana Riski, teman Bolang yang lain juga hendak menolong kawannya yang terkilir
itu. Riski membawa segelas air dan sebutir batu lalu mengaduk-aduk batu itu ke
air sambil menggerak-gerakkan bibirnya. Dan disuruhnyalah kawannya untuk
meminum air itu sebagai obat. “Ada-ada saja kamu ini!”, kata Bolang. Setelah
meminum air itu bukannya sambuh, tapi anak itu malah merasa kakinya semakin
sakit. Akhirnya dia dibawa ke tukang urut.
Keeseokan
harinya, seperti biasa, di sekolah sebelum memulai pelajaran diadakan dulu
duduk hening yang berguna untuk memfokuskan dan merilekskan para murid dan
guru. Setelah itu barulah Bolang dan kawan-kawannya masuk ke kelas. Pelajaran
dimulai dan Pak Guru membagikan lembaran soal ke setiap meja. Tetapi para siswa
kebingungan untuk mengerjakan soal
tersebut karena lagi-lagi pulpen mereka semua hilang. “Pak, pulpen kami semua
hilang lagi!”, kata Bolang kepada Pak Guru. “Ya sudah, semuanya tenang! sekolah
akan meminjami kalian pulpen lagi, tapi jangan sampai hilang lagi ya...”, kata
Pak Guru.
Saat istirahat
Bolang dan temannya menyelidiki kasus hilangnya pulpen-pulpen ini. Yang pertama
mereka lakukan adalah mengumpulkan informasi dari kelas-kelas lain dengan
bertanya. Saat itu juga teman bolang yang bertubuh lebih gemuk dan pendek
darinya mengetahui ada anaka yang sedang mencuri pulpen di kelas. Namun karena
ia melihat pencuri itu dari belakang, ia tidak tahu wajah pencuri itu. Makanya
dia menggambar sketsa pencuri itu dengan hansaplas di celana belakangnya dan
hendak memberitahu Bolang.
Sepulang
sekolah, Bolang dan kawan-kawannya bermain bersama lagi, kali ini mereka
bermain kuda-kudaan namun dengan kepada tertutup dan teman yang menumpang
dibelakangnya yang akan memberi arahan. Sayangnya ada satu kelompok yang
berbuat curang, mereka membuka penutup mata sehingga bisa lebih cepat sampai ke
tujuan, makanya kelompok mereka menang. Untungnya saat permainan yang kedua,
kecurangan mereka bisa diketahui okeh Bolang. “Hei, kalian curang!”, teriak
Bolang. Seketika mereka semua langsung menghentikan permainan mereka. “Main itu
harus sportif dong, nggak boleh curang! Ya nggak teman-teman?!”, kata seorang
anak. “Iyaa..”, sahut mereka semua. Namun anak yang curang itu tetap mengelak
bahwa ia telah berbuat curang. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari
permainan lain.
“Eh, teman-teman
aku pergi dulu ya. Aku ada janji nih..” kata Bolang kepada temannya-temannya.
Si Bolang meninggalkan mereka untuk bertemu dengan temannya yang lain. Bolang
menunggu di sebuah bangunan yang telah rusak. Lama Bolang menunggu tetapi teman
yang mengajak ia bertemu tak kunjung datang. Bolang menjadi sedikit kesal,
karena seharusnya temannya itu tepat waktu dan bertanggung jawab dengan janji
yang telah ia buat. Setelah bosan menunggu cukup lama, akhirnya temannya itu
datang dan membawa sebuah buku tulis. “Bolang, ini dia gambar anak yang mencuri
pulpen kita. Maaf aku hanya bisa menggambarnya dari belakang karena aku
mengendap-endap. Ciri-ciri orang itu memakai plester di celananya”. “Memakai
plaster? Hm.. siapa ya... sudahlah kita ke rumah dulu saja”, ujar Bolang.
Mereka berdua pun pulang.
Esok harinya di
sekolah, Bolang dan temannya yang kemarin berencana untuk mencari tahu siapakah
pencuri itu. Saat jam istirahat mereka mengintip kelas dari jendela dan melihat
bahwa ternyata... Bolang segera masuk ke kelas dan memergok pencuri itu,
“Riski! Kamu ngapain?! Kamu mencuri pulpen kita ya?!” “enggak kok, Lang!”,
jawab Riski dengan gugup sambil menyembunyikan tanggannya di belakang tubuhnya.
“Lha terus yang di tanganmu itu apa?”, Bolang berusaha menarik tangan Riski.
Akhirnya genggaman tangan Riski pun lepas dan pulpen-pulpenn berjatuhan.
Riski tidak bisa
berkata-kata lagi. Ia mengakui kalau dirinya telah mencuri pulpen mereka dan
meminta maaf kepada Bolang. Namun Bolang menyuruhnya untuk meminta maaf kepada
teman-temannya juga. Saat jam pelajaran, di hadapan teman-teman dan Pak Guru,
Riski meminta maaf karena selama ini dia telah mencuri pulpen. Syukurlah
teman-teman mau memaafkan perbuatan Riski itu. “Ya sudah, sekarang kan Riski
sudah meminta maaf dan anak-anak mau memaafkan Riski. Nanti pulpen kalian yang
hilang akan diganti oleh sekolah. Tetapi Riski saya hukum, nanti Riski harus
membantu saya untuk meminjamkan buku-buku keliling kampung ya”, kata Pak Guru.
“Iya, Pak”, jawab Riski.
Amanat/
kesimpulan:
I Buanglah
sampah pada tempatnya
I Jangan
mencuri
I Jangan
bergantung/percaya kepada benda-benda magis, karena kesembuhan harus dicapai
dengan usaha dan kehendak Tuhan
I Tepat
waktu dan bertanggung jawab
I Harus
sportif dalam segala hal
I Jika
punya kesalahan mau mengakui dan meminta maaf dan mau memberi maaf kepada orang
lain yang berbuat salah
I Jujur
dan jangan mau disogok
I Banyaklah
membaca buku, karena buku sumber ilmu
I Jika ada
kasus atau masalah, harus diselidiki dulu. Jangan gegabah
Komentar
Posting Komentar