Sinopsis Film Guruku Boyolali

                Guruku adalah film yang menceritakan tentang kehidupan guru honorer yang mengabdi di SMAN 1 Boyolali selama 20 tahun. Namanya adalah Pak Fajar. Ia tinggal di rumah dan dalam ekonomi yang sangat sederhana bersama istri dan anaknya, Bu Aminah dan Surya. Guru yang berkaca mata tebal itu sangat mencintai sejarah. Surya adalah satu-satunya putra dari Pak Fajar. Ia terpaksa putus dari sekolah karena tidak memiliki biaya. Namun Surya tetap rajin belajar meski hanya dibimbing oleh orang tuanya di rumah. Sedangkan istri dari Pak Fajar hanya bekerja sebagai tukang cuci dan setrika. Pak Fajar mengajar mapel sejarah cara mengajarnya yang menyenangkan membuatnya menjadi guru favorit yang disayangi oleh murid-muridnya. Beliau lebih mementingkan anak didiknya daripada dirinya sendiri dan selalu berusaha agar mereka benar-benar bisa memahami sejarah. Kata-kata motivasi yang diucapkannya pun telah mengantarkan teman dan para siswanya menjadi orang yang berhasil.

                Sepulang sekolah, Toro, Joko, Trimo, Doni, dan Kamto berkelahi karena memperdebatkan soal pelajaran yang baru saja diberikan oleh Pak Fajar. Pak Fajar yang mengetahui peristiwa itu langsung melerainya. Dan atas permintaan dari mereka, Pak Fajar tidak akan akan memberitahukan kejadian ini kepada kepala sekolah. Di rumah, Pak Fajar sangat marah karena menemukan sebuah puntung rokok. Ia pun memarahi Surya habis-habisan karena telah merokok. Kata Surya, itu merupakan rokok pemberian temannya dan ia hanya coba-coba. Pak Fajar semakin marah kepada Surya. Tapi Surya malah balik marah karena selama ini ia bosan karena hanya disuruh oleh bapaknya untuk belajar di rumah. Tetapi ia merasa tidak ada gunanya jika putus dari sekolah. Pak Fajar menjadi merasa bersalah karena tidak bisa menyekolahkan Surya. Dan mulai saat itu Surya menjadi tukang ojek supaya tahun depan ia bisa kembali bersekolah. Bu Rani dan Bu Sukma, orang tua dari Joko dan Trimo yang menyalahkan kejadian itu kepada Pak Fajar mengadu kepada kepala sekolah. Keesokan harinya, kelima murid yang berkelahi itu dipanggil oleh guru BP dan Pak Fajar diminta untuk menemui Ibu Fatma, kepala sekolah itu. Pak Fajar diprotes oleh Bu Fatma Karena telah menyembunyikan perkelahian di antara para murid.

                                Suatu ketika datang guru pengganti seni drama yang juga merupakan bekas murid dari Pak Kapten alias Pak Fajar yang bekerja di SMAN 1 Boyolali. Guru drama itu bernama Pak Rindoko. Kedua guru itu bekerja sama mengajak para murid kesayangannya untuk membuat pementasan drama menggunakan naskah yang telah mereka buat sendiri berdasarakan tokoh foklor yang telah mereka pilih. Ternyata dibalik keberhasilan para muridnya, Pak Joko mendapat banyak tentangan terhadap caranya mengajar yang dianggap menyimpang dari kurikulum. Seperti dengan merasakan getaran di dinding yang berpajang poster para pejuang Negara. Padahal ini merupakan trik supaya muridnya bisa lebih menjiwai dan memahami sejarah yang sudah terbukti berhasil sejak lama. Bu Rani dan Bu Sukma kembali mengadu kepada kepala sekolah tentang cara mengajar Pak Fajar yang dianggap menyimpang dari kurikulum. Bahkan menyogok Pak  Fajar dengan sejumlah uang untuk mendongkrak nilai sejarah Joko dan Kamto. Tetapi secara mentah-mentah, Pak Fajar menolaknya.

                Saat Toro, Joko, Trimo, Doni, Kamto dan murid-murid Pak Fajar yang lainnya telah berlatih keras untuk pementasan drama, sekolah tidak mau memberikan dana untuk pementasan tersebut. Drama pun dibatalkan dan semua murid sangat kecewa. Akhirnya mereka menggalang dana. Namun tetap saja belum cukup untuk menampilkan pentas drama. Sepulang dari sekolah, Toro, Doni, dan Trimo dicegat oleh orang-orang berandalan dan mengajak taruhan. Akhirnya pun Toro terlibat trek-trekkan dan mengalami kecelakaan parah. Ia koma sekama berhari-hari di rumah sakit. Pak Fajar yang mengetahui murid kesayangannya itu kecelakaan merasa sangat sedih. Atas protes keras dari orang tua Toro, Pak Joko dan Pak Rindoko dipecat sebagai Guru di SMAN 1 Boyolali. Pak Fajar menjenguk Toro di ruang ICU tanpa seijin dokter dan meniptipkan buku Jendral Soedirman, tokoh kesukaan Toro kepada suster yang merawat Toro. Tak selang beberapa waktu, Toro sadar dari komanya. Dokter yang menanganinya pun keheranan.

Berdasarkan cerita dari suster, dokter itu tau bahwa Toro dapat siuman setelah kedatangan guru sejarah yang Toro banggakan itu. Dokter itu menghubungi Pak Fajar kalau Toro sudah sadar. Pak Fajar yang mendengar hal tesebut bergegas meninggalkan rumahnya untuk mengunjungi Toro di rumah sakit. Tetapi tragisnya, Pak Fajar ditabrak oleh mobil setelah motor yang dikendarainya oleng dan jatuh karena disalip oleh pengendara motor yang lain. Akhirnya, Pak Fajar meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Banyak murid dan guru yang menghadiri pemakaman Pak Fajar. Ada juga Pak Sumantri, salah satu teman Pak Fajar saat sekolah dulu yang kini telah menjadi orang yang sukses karena kata-kata dari Pak Fajar yang selalu mendorongnya untuk maju serta Bu Rani dan Bu Sukma yang sempat menolak keras ajaran Pak Fajar. Toro juga hanya bisa berduka diatas kursi rodanya. Bahkan Surya tak henti-hentinya menangisi kepergian bapaknya. Air mata pun berjatuhan dalam pemakaman orang yang sangat cinta pada sejarah itu.

Selesai :-)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiss The Rain versi Indonesia

Percobaan Massa Jenis