Stranger Stare

Sudah sejak hari Senin lalu badanku terasa tidak enak, tapi tetep aja aku nekat masuk ke sekolah.
Kebetulan pagi itu agak mendung dan belum turun hujan, jadi apel tetap terlaksana. Jika aku boleh jujur, sejak awal aku tak berniat untuk berdiri di lapangan mengikuti rangkaian acara yang sangat lama itu dan lebih memilih tiduran di UKS. Tetapi rasa malu menghalangi kemauanku.

Jadi aku tetap berdiri dengan menekuk salah satu kaki dan membebankan tubuhku pada kaki lainnya dan pundaknya Vindy, teman sekelas sekaligus tetangga tepat di samping rumahku, menunggu hingga amanat tentang bubarnya RSBI yang dijelaskan panjang lebar itu selesai.

Dalam otakku, aku terus terbayang-bayang oleh rasa takut yang aku tak tahu sebabnya.
Entahlah, dalam menghadapi hidup, terkadang aku merasa takut dan terhantui oleh kesalahan-kesalahan masa lalu juga kemungkinan suram yang akan datang. Padahal aku tahu Tuhan ada besertaku.

Mengingat kejadian di waktu lalu, mungkin dia tidak ingin aku berlaku seperti itu. It just happen at the sixth. Aku ragu, mengingat itupun aku tidak berani. Tapi suatu ketika aku merasakan buah kasih yang nikmat, dan aku begitu menyukainya, meskipun rasanya asin. Aku tahu semuanya akan menjadi seperti itu, dan untuk pertama kalinya aku tersentuh melihat orang yang duduk tepat di depanku.

Iya.. aku pikir ini semua memang aneh. Dia mengetahuiku dan aku mengetahuinya tanpa berkenalan. Dia yang pertama kali menyebut namaku, dan seperti aku merasa hal yang berbeda dari ketika aku memandang temannya.

Dan itulah saat pertama aku berbincang dengannya. Walaupun pertemuan pertama sangat singkat, dan aku tak sempat memberikan perhatian kepadanya, mulai dari sore itu aku telah mengenal satu hal baru.

Bahwa jangan menyesal untuk sesuatu yang orang lain lakukan kepadaku. Meskipun terkadang itu membuat mata berpeluh, dan jantung berdetak tak menentu hingga aku terkulai lemas menghadapi aku yang bukan diriku yang menurut orang lain mereka melihatku, sedangkan bayanganku tak ada di depan matanya.

Sungguh sangat menyakitkan, dan lumayan berefek. Tapi...
Karena orang baru itu telah membuat perspektif baru di dalam hidupku, aku bisa megalihkan jalanku keluar dari semua kegelisahan dan ketimpangan.

Hanya saja penyesalanku adalah, aku tidak bisa lagi tersenyum dengan dia yang membalas perbuatanku di saat ke tujuh.

Meskipun pada akhirnya kerjasamaku dengannya tidak membuahkan hasil karena aku bukan orang yang cukup pantas untuk bisa pergi bersama yang lainnya.



Hingga sekarang, saat aku bertemu dangannya, sesudah itu aku selalu terbayang mata orang baru itu. Dia... Mungkin tidak wajar jika begini denganku. Tapi pada kenyataannya, cara pandangnya mengirimkan surat kecil untukku.
Yang mungkin akan selalu tersimpan di hatiku.
Bahkan aku sempat membawanya ke alam khayalanku...
Dia memang bukan yang terbaik, tapi dia cukup baik diantara yang lainnya.

Good Luck!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Film Guruku Boyolali

Kiss The Rain versi Indonesia

Percobaan Massa Jenis